Minggu, 09 November 2008

TIPS KESEHATAN BIBIR

Rahasia Kecantikan dan Kesehatan Bibir
BIBIR adalah organ penting bagi kaum hawa sebab bentuk bibir sangat menentukan nilai-nilai artistik fisik seorang wanita. Meski begitu



tak jarang wanita malah mengabaikan kesehatan bibirnya. Sebaliknya, demi penampilan, para wanita rela berbuat apa saja agar bentuk bibir tampak seksi. Kalau perlu, menjalani operasi bentuk bibir agar lebih penuh dan proporsional.


Kenapa kesehatan bibir itu perlu? Bayangkan saja jika kulit bibir sedang kering dan mengelupas. Apa pun yang bersentuhan dengan bibir akan menimbulkan rasa perih. Makan dan minum terasa menyiksa, begitu juga dengan aktivitas bicara, tertawa, atau menguap. Bahkan, tak jarang, kulit bibir pecah-pecah menimbulkan pendarahan.

Biasanya, orang awam menyatakan kondisi seperti itu sebagai gejala “panas dalam”, meskipun dalam kamus medis, istilah panas dalam ini tak pernah ada. Ketika mendapati bibir pecah-pecah, berlomba-lombalah orang mengonsumsi berbagai “minuman pendingin” atau “obat panas dalam”. Padahal, bibir pecah-pecah hanyalah salah satu indikasi adanya perlakuan yang tidak tepat terhadap bibir, atau bila mengelupas secara bertahap, lalu berganti kulit baru, itu merupakan gejala alamiah biasa.

Warna, bentuk, dan kecenderungan kondisi bibir setiap orang sangat bergantung pada faktor keturunan. Meski demikian, dalam hal keadaan atau sifat kulit bibir, faktor keturunan tak selalu berperan. Orang tua yang memiliki bibir berwarna kehitaman misalnya, tak selalu menurunkan keadaan ini pada anaknya. Namun, bisa saja gejalanya muncul karena kebiasaan buruk.

Cuaca juga memengaruhi kondisi permukaan bibir. Mereka yang tinggal di daerah bersuhu rendah cenderung memiliki bibir kering. Sebenarnya, bukan dinginnya yang mengeringkan, melainkan karena rendahnya kelembapan. Akibatnya, kulit mengering dan mengelupas. Alhasil, warna bibir jadi suram dan kusam.

Selain faktor cuaca, pada perempuan, permukaan bibir juga bergantung pada keseimbangan hormon estrogen. Kalau estrogen cukup, bibir tampak halus dan sehat. Namun, estrogen yang kelewat banyak atau terlalu sedikit dapat mengundang bencana. Misalnya, warna bibir cenderung hitam. Pengaruh estrogen juga tampak pada kulit di bagian tubuh lainnya. Wajah wanita hamil misalnya, sering lebih bercahaya. Ini akibat hormon yang merangsang pemekaran pembuluh darah.

Estrogen juga diketahui membantu proses perbaikan dan pergantian kulit (regenerasi), termasuk pada kulit bibir. Proses ini berlangsung rutin dan terus-menerus selama estrogen masih ada. Pada masa menopause, kadar estrogen menurun tajam dan proses regenerasi melemah, hingga terhenti sama sekali. Tanpa regenerasi, kulit tak bisa melindungi dan melembapkan diri sendiri dan berangsur-angsur mengerut, lalu mengendur.

Sementara mengenai kebiasaan merokok, sebenarnya semua orang sudah tahu bahwa ini juga membawa kerugian bagi kesehatan bibir. Awalnya, efek rokok tak begitu terasa. Namun, setelah pengisapnya terjebak dalam ketergantungan, bibir yang tadinya tampak cerah, perlahan-lahan berubah jadi warna ungu kehitaman. Perubahan warna ini disebabkan oleh pengaruh suhu.

Saat diisap, panas rokok mengenai bibir sehigga sel-sel darah merah jadi “terpanggang” dan mengalami kematian. Sel-sel darah merah yang mati tadi akan memproduksi pigmen yang kemudian tertimbun di bibir dan memicu warna hitam pada lapisan luar bibir. Selain itu, setiap hasil pembakaran pada ujung rokok akan menimbulkan karbon, yang juga akan menambah pekat warna bibir.

Perlu diingat, selain mengundang efek yang buruk pada kulit dan bibir, rokok juga amat mengganggu penampilan gigi. Ya, bagaimanapun merokok pasti lewat mulut maka dengan segera tar yang terkandung dalam rokok bersentuhan dengan gigi. Awalnya, gigi jadi kekuningan. Lama-lama, berubah jadi kecokelatan, lantas menghitam.

Kalau bibir sudah berwarna hitam, lalu gigi pun turut berubah warna, lenyaplah pesona senyum seorang perempuan. Tak ada pilihan lagi selain berhenti merokok. Selain itu, untuk mengembalikan pertumbuhan dan pertukaran sel-sel darah merah, cobalah megonsumsi makanan yang banyak mengandung A, B, C, dan E.